MADDAH
Penulis : Risa Sarasvati
|
sms atau whatsapp Vito Buku 085721490923
Harga : 45.000
Sinopsis :
Saat kuceritakan banyak hal tentang
“Mereka” yang menjadi sahabat-sahabat kecilku dalam sebuah karya tulis
berbentuk buku yang kuberi judul “Danur”,
kebahagiaanku adalah ketika kalian semua mengerti apa yang ingin kusampaikan, mengerti bahwa sesungguhnya “Mereka” tak sama seperti apa yang kalian pikirkan sebelumnya. Peterku tak jahat seperti sosok-sosok hantu penuh dendam yang biasa kalian lihat di tayangan layar kaca maupun layar lebar, Williamku berhati besar seperti tokoh-tokoh pria pendiam idola remaja masa kini, Hans & Hendrick-ku selalu saja merasa bahwa mereka benar-benar nyata dan hidup hingga seringkali melakukan hal-hal yang manusia biasa lakukan, Janshenku masih saja menangis dan meringis saat hantu-hantu berwujud kuntilanak datang mengganggunya. “Aku ingin kalian tahu bahwa mereka masih saja hidup dalam bayangan masa lalu mereka yang gelap, tapi mereka hanyalah anak-anak kecil yang mencari jawaban tentang hidup yang terlalu singkat…”
kebahagiaanku adalah ketika kalian semua mengerti apa yang ingin kusampaikan, mengerti bahwa sesungguhnya “Mereka” tak sama seperti apa yang kalian pikirkan sebelumnya. Peterku tak jahat seperti sosok-sosok hantu penuh dendam yang biasa kalian lihat di tayangan layar kaca maupun layar lebar, Williamku berhati besar seperti tokoh-tokoh pria pendiam idola remaja masa kini, Hans & Hendrick-ku selalu saja merasa bahwa mereka benar-benar nyata dan hidup hingga seringkali melakukan hal-hal yang manusia biasa lakukan, Janshenku masih saja menangis dan meringis saat hantu-hantu berwujud kuntilanak datang mengganggunya. “Aku ingin kalian tahu bahwa mereka masih saja hidup dalam bayangan masa lalu mereka yang gelap, tapi mereka hanyalah anak-anak kecil yang mencari jawaban tentang hidup yang terlalu singkat…”
Keberatankah “Mereka” yang telah
kutelanjangi dalam buku Danur? Pertanyaan itu seringkali muncul dari kepala
kalian, dan jawabanku adalah “Tidak”. Sahabat-sahabatku tak tahu apa sebenarnya
yang kutulis tentang “Mereka”, mereka bilang “Kami malas sekali membaca buku
tebalmu… rasanya pusing melihat huruf-huruf kecil itu…”. Dan aku tak
benar-benar tahu pusing seperti apa yang mereka rasakan, hehe… mereka selalu
membuatku tertawa.
“Yang kami tahu sekarang adalah
pembaca bukumu yang selalu memanggil-manggil nama kami dan ingin bermain dengan
kami! rasanya menyenangkan Risa! Mereka semua tak takut pada kami, sungguh
menyenangkan!!!!”
Tanganku tergugah untuk kembali
menulis cerita-cerita dan teman-teman baru yang muncul disekelilingku. Banyak
hal yang baru kuketahui tentang sosok-sosok baru, dan mereka tak keberatan
untuk kembali kuceritakan dalam sebuah karya tulis.
Selama 3 bulan kutuliskan kisah
sosok-sosok baru itu, juga kutuliskan bagaimana situasi hubungan pertemananku
dengan sahabat-sahabat kecilku kini, saat ragaku semakin bertumbuh sementara
raga mereka tetaplah sama seperti kali pertama aku mengenal mereka. Tak hanya
dikepala kalian, bahkan kepalaku kini juga dipenuhi “kenapa begini” dan “kenapa
begitu” tentang keberadaan mereka. Ada sosok Marianne, Norma, Norah, Ivanna,
Canting, Dira, dan banyak lagi sosok baru lainnya yang membuatku semakin
bertanya-tanya..
“Normalkah sebenarnya hidupku ini?”
Anak keduaku telah lahir di awal
bulan November, kuberi judul “Maddah” yang kuambil dari saduran bahasa Arab
yang artinya “dibaca panjang”. Kudefinisikan “Maddah” sebagai perpanjangan dari
buku pertamaku “Danur”. Kembali kutelanjangi kehidupan pribadiku bersama
“Mereka”, bukan untuk menyelewengkan kepercayaan kalian tentang keberadaan
mereka… aku hanya ingin kalian membaca kisah-kisah mereka, itu saja. Aku
tergugah dengan penuturan mereka yang merasa pernah punya kehidupan, dan
memberikan banyak pandangan baru tentang hidup. Aku harap kalian bisa merasakan
apa yang pernah kurasakan… itu saja.
Saat
kuceritakan banyak hal tentang “Mereka” yang menjadi sahabat-sahabat
kecilku dalam sebuah karya tulis berbentuk buku yang kuberi judul
“Danur”, kebahagiaanku adalah ketika kalian semua mengerti apa yang
ingin kusampaikan, mengerti bahwa sesungguhnya “Mereka” tak sama seperti
apa yang kalian pikirkan sebelumnya. Peterku tak jahat seperti
sosok-sosok hantu penuh dendam yang biasa kalian lihat di tayangan layar
kaca maupun layar lebar, Williamku berhati besar seperti tokoh-tokoh
pria pendiam idola remaja masa kini, Hans & Hendrick-ku selalu saja
merasa bahwa mereka benar-benar nyata dan hidup hingga seringkali
melakukan hal-hal yang manusia biasa lakukan, Janshenku masih saja
menangis dan meringis saat hantu-hantu berwujud kuntilanak datang
mengganggunya. “Aku ingin kalian tahu bahwa mereka masih saja hidup
dalam bayangan masa lalu mereka yang gelap, tapi mereka hanyalah
anak-anak kecil yang mencari jawaban tentang hidup yang terlalu
singkat…”
Keberatankah “Mereka” yang telah kutelanjangi dalam buku Danur? Pertanyaan itu seringkali muncul dari kepala kalian, dan jawabanku adalah “Tidak”. Sahabat-sahabatku tak tahu apa sebenarnya yang kutulis tentang “Mereka”, mereka bilang “Kami malas sekali membaca buku tebalmu… rasanya pusing melihat huruf-huruf kecil itu…”. Dan aku tak benar-benar tahu pusing seperti apa yang mereka rasakan, hehe… mereka selalu membuatku tertawa.
“Yang kami tahu sekarang adalah pembaca bukumu yang selalu memanggil-manggil nama kami dan ingin bermain dengan kami! rasanya menyenangkan Risa! Mereka semua tak takut pada kami, sungguh menyenangkan!!!!”
Tanganku tergugah untuk kembali menulis cerita-cerita dan teman-teman baru yang muncul disekelilingku. Banyak hal yang baru kuketahui tentang sosok-sosok baru, dan mereka tak keberatan untuk kembali kuceritakan dalam sebuah karya tulis.
Selama 3 bulan kutuliskan kisah sosok-sosok baru itu, juga kutuliskan bagaimana situasi hubungan pertemananku dengan sahabat-sahabat kecilku kini, saat ragaku semakin bertumbuh sementara raga mereka tetaplah sama seperti kali pertama aku mengenal mereka. Tak hanya dikepala kalian, bahkan kepalaku kini juga dipenuhi “kenapa begini” dan “kenapa begitu” tentang keberadaan mereka. Ada sosok Marianne, Norma, Norah, Ivanna, Canting, Dira, dan banyak lagi sosok baru lainnya yang membuatku semakin bertanya-tanya..
“Normalkah sebenarnya hidupku ini?”
Anak keduaku telah lahir di awal bulan November, kuberi judul “Maddah” yang kuambil dari saduran bahasa Arab yang artinya “dibaca panjang”. Kudefinisikan “Maddah” sebagai perpanjangan dari buku pertamaku “Danur”. Kembali kutelanjangi kehidupan pribadiku bersama “Mereka”, bukan untuk menyelewengkan kepercayaan kalian tentang keberadaan mereka… aku hanya ingin kalian membaca kisah-kisah mereka, itu saja. Aku tergugah dengan penuturan mereka yang merasa pernah punya kehidupan, dan memberikan banyak pandangan baru tentang hidup. Aku harap kalian bisa merasakan apa yang pernah kurasakan… itu saja.
Bersama tim mandiri kali ini dan bantuan sponsor (Djarum Black Mild), kuterbitkan “Maddah” tanpa memakai nama besar Penerbit. Dibantu oleh Maria M Lubis sebagai Editor, Isa panic monsta sebagai ilustrator, Herry Sutresna sebagai Designer buku, dan Iit Sukmiati sebagai Proof reader. Jika kalian semua bertanya-tanya “Sudah adakah Maddah di toko buku besar”, kujawab “Belum dan mungkin Tidak akan Ada”, karena tidak ada nama besar perusahaan penerbit pada kelahiran anak keduaku ini.
“Selamat datang di kehidupanku… kehidupan sahabat-sahabatku… kehidupan yang mungkin akan membuat kening kalian mengernyit…”
- See more at: http://www.sarasvatimusic.com/book/danur-dan-maddah/#sthash.KmFxibVG.dpuf
Keberatankah “Mereka” yang telah kutelanjangi dalam buku Danur? Pertanyaan itu seringkali muncul dari kepala kalian, dan jawabanku adalah “Tidak”. Sahabat-sahabatku tak tahu apa sebenarnya yang kutulis tentang “Mereka”, mereka bilang “Kami malas sekali membaca buku tebalmu… rasanya pusing melihat huruf-huruf kecil itu…”. Dan aku tak benar-benar tahu pusing seperti apa yang mereka rasakan, hehe… mereka selalu membuatku tertawa.
“Yang kami tahu sekarang adalah pembaca bukumu yang selalu memanggil-manggil nama kami dan ingin bermain dengan kami! rasanya menyenangkan Risa! Mereka semua tak takut pada kami, sungguh menyenangkan!!!!”
Tanganku tergugah untuk kembali menulis cerita-cerita dan teman-teman baru yang muncul disekelilingku. Banyak hal yang baru kuketahui tentang sosok-sosok baru, dan mereka tak keberatan untuk kembali kuceritakan dalam sebuah karya tulis.
Selama 3 bulan kutuliskan kisah sosok-sosok baru itu, juga kutuliskan bagaimana situasi hubungan pertemananku dengan sahabat-sahabat kecilku kini, saat ragaku semakin bertumbuh sementara raga mereka tetaplah sama seperti kali pertama aku mengenal mereka. Tak hanya dikepala kalian, bahkan kepalaku kini juga dipenuhi “kenapa begini” dan “kenapa begitu” tentang keberadaan mereka. Ada sosok Marianne, Norma, Norah, Ivanna, Canting, Dira, dan banyak lagi sosok baru lainnya yang membuatku semakin bertanya-tanya..
“Normalkah sebenarnya hidupku ini?”
Anak keduaku telah lahir di awal bulan November, kuberi judul “Maddah” yang kuambil dari saduran bahasa Arab yang artinya “dibaca panjang”. Kudefinisikan “Maddah” sebagai perpanjangan dari buku pertamaku “Danur”. Kembali kutelanjangi kehidupan pribadiku bersama “Mereka”, bukan untuk menyelewengkan kepercayaan kalian tentang keberadaan mereka… aku hanya ingin kalian membaca kisah-kisah mereka, itu saja. Aku tergugah dengan penuturan mereka yang merasa pernah punya kehidupan, dan memberikan banyak pandangan baru tentang hidup. Aku harap kalian bisa merasakan apa yang pernah kurasakan… itu saja.
Bersama tim mandiri kali ini dan bantuan sponsor (Djarum Black Mild), kuterbitkan “Maddah” tanpa memakai nama besar Penerbit. Dibantu oleh Maria M Lubis sebagai Editor, Isa panic monsta sebagai ilustrator, Herry Sutresna sebagai Designer buku, dan Iit Sukmiati sebagai Proof reader. Jika kalian semua bertanya-tanya “Sudah adakah Maddah di toko buku besar”, kujawab “Belum dan mungkin Tidak akan Ada”, karena tidak ada nama besar perusahaan penerbit pada kelahiran anak keduaku ini.
“Selamat datang di kehidupanku… kehidupan sahabat-sahabatku… kehidupan yang mungkin akan membuat kening kalian mengernyit…”
- See more at: http://www.sarasvatimusic.com/book/danur-dan-maddah/#sthash.KmFxibVG.dpuf
Saat
kuceritakan banyak hal tentang “Mereka” yang menjadi sahabat-sahabat
kecilku dalam sebuah karya tulis berbentuk buku yang kuberi judul
“Danur”, kebahagiaanku adalah ketika kalian semua mengerti apa yang
ingin kusampaikan, mengerti bahwa sesungguhnya “Mereka” tak sama seperti
apa yang kalian pikirkan sebelumnya. Peterku tak jahat seperti
sosok-sosok hantu penuh dendam yang biasa kalian lihat di tayangan layar
kaca maupun layar lebar, Williamku berhati besar seperti tokoh-tokoh
pria pendiam idola remaja masa kini, Hans & Hendrick-ku selalu saja
merasa bahwa mereka benar-benar nyata dan hidup hingga seringkali
melakukan hal-hal yang manusia biasa lakukan, Janshenku masih saja
menangis dan meringis saat hantu-hantu berwujud kuntilanak datang
mengganggunya. “Aku ingin kalian tahu bahwa mereka masih saja hidup
dalam bayangan masa lalu mereka yang gelap, tapi mereka hanyalah
anak-anak kecil yang mencari jawaban tentang hidup yang terlalu
singkat…”
Keberatankah “Mereka” yang telah kutelanjangi dalam buku Danur? Pertanyaan itu seringkali muncul dari kepala kalian, dan jawabanku adalah “Tidak”. Sahabat-sahabatku tak tahu apa sebenarnya yang kutulis tentang “Mereka”, mereka bilang “Kami malas sekali membaca buku tebalmu… rasanya pusing melihat huruf-huruf kecil itu…”. Dan aku tak benar-benar tahu pusing seperti apa yang mereka rasakan, hehe… mereka selalu membuatku tertawa.
“Yang kami tahu sekarang adalah pembaca bukumu yang selalu memanggil-manggil nama kami dan ingin bermain dengan kami! rasanya menyenangkan Risa! Mereka semua tak takut pada kami, sungguh menyenangkan!!!!”
Tanganku tergugah untuk kembali menulis cerita-cerita dan teman-teman baru yang muncul disekelilingku. Banyak hal yang baru kuketahui tentang sosok-sosok baru, dan mereka tak keberatan untuk kembali kuceritakan dalam sebuah karya tulis.
Selama 3 bulan kutuliskan kisah sosok-sosok baru itu, juga kutuliskan bagaimana situasi hubungan pertemananku dengan sahabat-sahabat kecilku kini, saat ragaku semakin bertumbuh sementara raga mereka tetaplah sama seperti kali pertama aku mengenal mereka. Tak hanya dikepala kalian, bahkan kepalaku kini juga dipenuhi “kenapa begini” dan “kenapa begitu” tentang keberadaan mereka. Ada sosok Marianne, Norma, Norah, Ivanna, Canting, Dira, dan banyak lagi sosok baru lainnya yang membuatku semakin bertanya-tanya..
“Normalkah sebenarnya hidupku ini?”
Anak keduaku telah lahir di awal bulan November, kuberi judul “Maddah” yang kuambil dari saduran bahasa Arab yang artinya “dibaca panjang”. Kudefinisikan “Maddah” sebagai perpanjangan dari buku pertamaku “Danur”. Kembali kutelanjangi kehidupan pribadiku bersama “Mereka”, bukan untuk menyelewengkan kepercayaan kalian tentang keberadaan mereka… aku hanya ingin kalian membaca kisah-kisah mereka, itu saja. Aku tergugah dengan penuturan mereka yang merasa pernah punya kehidupan, dan memberikan banyak pandangan baru tentang hidup. Aku harap kalian bisa merasakan apa yang pernah kurasakan… itu saja.
Bersama tim mandiri kali ini dan bantuan sponsor (Djarum Black Mild), kuterbitkan “Maddah” tanpa memakai nama besar Penerbit. Dibantu oleh Maria M Lubis sebagai Editor, Isa panic monsta sebagai ilustrator, Herry Sutresna sebagai Designer buku, dan Iit Sukmiati sebagai Proof reader. Jika kalian semua bertanya-tanya “Sudah adakah Maddah di toko buku besar”, kujawab “Belum dan mungkin Tidak akan Ada”, karena tidak ada nama besar perusahaan penerbit pada kelahiran anak keduaku ini.
“Selamat datang di kehidupanku… kehidupan sahabat-sahabatku… kehidupan yang mungkin akan membuat kening kalian mengernyit…”
- See more at: http://www.sarasvatimusic.com/book/danur-dan-maddah/#sthash.KmFxibVG.dpuf
Keberatankah “Mereka” yang telah kutelanjangi dalam buku Danur? Pertanyaan itu seringkali muncul dari kepala kalian, dan jawabanku adalah “Tidak”. Sahabat-sahabatku tak tahu apa sebenarnya yang kutulis tentang “Mereka”, mereka bilang “Kami malas sekali membaca buku tebalmu… rasanya pusing melihat huruf-huruf kecil itu…”. Dan aku tak benar-benar tahu pusing seperti apa yang mereka rasakan, hehe… mereka selalu membuatku tertawa.
“Yang kami tahu sekarang adalah pembaca bukumu yang selalu memanggil-manggil nama kami dan ingin bermain dengan kami! rasanya menyenangkan Risa! Mereka semua tak takut pada kami, sungguh menyenangkan!!!!”
Tanganku tergugah untuk kembali menulis cerita-cerita dan teman-teman baru yang muncul disekelilingku. Banyak hal yang baru kuketahui tentang sosok-sosok baru, dan mereka tak keberatan untuk kembali kuceritakan dalam sebuah karya tulis.
Selama 3 bulan kutuliskan kisah sosok-sosok baru itu, juga kutuliskan bagaimana situasi hubungan pertemananku dengan sahabat-sahabat kecilku kini, saat ragaku semakin bertumbuh sementara raga mereka tetaplah sama seperti kali pertama aku mengenal mereka. Tak hanya dikepala kalian, bahkan kepalaku kini juga dipenuhi “kenapa begini” dan “kenapa begitu” tentang keberadaan mereka. Ada sosok Marianne, Norma, Norah, Ivanna, Canting, Dira, dan banyak lagi sosok baru lainnya yang membuatku semakin bertanya-tanya..
“Normalkah sebenarnya hidupku ini?”
Anak keduaku telah lahir di awal bulan November, kuberi judul “Maddah” yang kuambil dari saduran bahasa Arab yang artinya “dibaca panjang”. Kudefinisikan “Maddah” sebagai perpanjangan dari buku pertamaku “Danur”. Kembali kutelanjangi kehidupan pribadiku bersama “Mereka”, bukan untuk menyelewengkan kepercayaan kalian tentang keberadaan mereka… aku hanya ingin kalian membaca kisah-kisah mereka, itu saja. Aku tergugah dengan penuturan mereka yang merasa pernah punya kehidupan, dan memberikan banyak pandangan baru tentang hidup. Aku harap kalian bisa merasakan apa yang pernah kurasakan… itu saja.
Bersama tim mandiri kali ini dan bantuan sponsor (Djarum Black Mild), kuterbitkan “Maddah” tanpa memakai nama besar Penerbit. Dibantu oleh Maria M Lubis sebagai Editor, Isa panic monsta sebagai ilustrator, Herry Sutresna sebagai Designer buku, dan Iit Sukmiati sebagai Proof reader. Jika kalian semua bertanya-tanya “Sudah adakah Maddah di toko buku besar”, kujawab “Belum dan mungkin Tidak akan Ada”, karena tidak ada nama besar perusahaan penerbit pada kelahiran anak keduaku ini.
“Selamat datang di kehidupanku… kehidupan sahabat-sahabatku… kehidupan yang mungkin akan membuat kening kalian mengernyit…”
- See more at: http://www.sarasvatimusic.com/book/danur-dan-maddah/#sthash.KmFxibVG.dpuf
0 comments:
Posting Komentar